Minggu, 12 Juni 2016

Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
BAGI PETUGAS KESEHATAN
I.                   Permasalahan
Akademi Analis Kesehatan Provinsi Jambi adalah salah satu institusi pendidikan berbasis kesehatan yang memberikan perhatian terhadap semua aspek laboratoris dan analitik terhadap cairan dan jaringan tubuh manusia serta kesehatan lingkungan. Akademi Analis Kesehatan Provinsi Jambi bertujuan untuk menghasilkan tenaga analis yang berkualitas, memiliki etos kerja dan wawasan yang luas, disiplin, tangguh, serta mampu bersaing di tingkat global.
Analis Kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja maupun kedaruratan termasuk kebakaran merupakan sebagian resiko bagi calon analis dan tenaga analis yang hampir seluruh pekerjaannya berlangsung di laboratorium. Oleh karena itu, sebagai calon tenaga analis kesehatan, mahasiswa dituntut untuk melindungi diri serta memelihara kesehatan dan keselamatan kerja dengan memahami konsep K3 serta menerapkannya selama bekerja.

II.                Tujuan
1.      Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 60  menit mahasiswa diharapkan mampu memahami pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi petugas kesehatan.

2.      Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit mahasiswa diharapkan mampu:
a.       Menjelaskan pengertian kesehatan kerja dan keselamatan kerja
b.      Mengetahui masalah kesehatan dan keselamatan kerja
c.       Mengidentifikasi kesehatan dan keselamatan kerja
d.      Mengetahui penyebab kecelakaan kerja
e.       Mengetahui penyakit akibat kerja dan akibat hubungan kerja
f.       Mengetahui cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja
g.      Bersedia melakukan pencegahan terhadap kecelakaan kerja

III.             Sasaran
Sasaran penyuluhan     : Anggota BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan perangkat
  kelas Akademi Analis Kesehatan Provinsi Jambi
Sasaran program          : Mahasiswa Analis Kesehatan Provinsi Jambi

IV.             Isi Penyuluhan
Materi penyuluhan yang akan diberikan meliputi :
1.       Pengertian kesehatan kerja dan keselamatan kerja
2.       Masalah kesehatan dan keselamatan kerja
3.       Identifikasi kesehatan dan keselamatan kerja
4.       Penyebab kecelakaan kerja
5.       Penyakit akibat kerja dan akibat hubungan kerja
6.       Pencegahan kecelakaan kerja

V.                Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan tanya jawab.

VI.             Media
Media yang digunakan untuk penyuluhan antara lain:
1.      Lembar balik, berisi
a.       Pengertian kesehatan kerja dan keselamatan kerja
b.      Masalah kesehatan dan keselamatan kerja
c.       Identifikasi kesehatan dan keselamatan kerja
d.      Penyebab kecelakaan kerja
e.       Penyakit akibat kerja dan akibat hubungan kerja
f.       Pencegahan kecelakaan kerja
g.      Leaflet tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, meliputi:
·           Pengertian K3
·           Masalah K3
·           Identifikasi K3
·           Penyebab kecelakaan kerja
·           Penyakit akibat kerja dan hubungan kerja
·           Pencegahan kecelakaan kerja
2.      Kursi 50 buah
3.      Meja 2 buah
4.      LCD
5.      Laptop
6.      Speaker
7.      Sound system

VII.          Waktu Pelaksanaan
Hari                             : Kamis
Tanggal                       : 16 Juni 2016
Jam                              : 09.00 – 10.00 WIB
Alokasi Waktu            :
No
Waktu
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
1
10 menit
Pembukaan :
1. Salam pembuka.
2. Memperkenalkan diri, dan menjelaskan topik penyuluhan dan tujuan penyuluhan.
3. Menggali pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Mendengarkan dan memperhatikan
Mendengarkan dan memperhatikan


Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penguji
2
40 menit
Penyajian
Menjelaskan :
1.  Pengertian kesehatan kerja dan keselamatan kerja
2.  Masalah kesehatan dan keselamatan kerja
3.  Identifikasi kesehatan dan keselamatan kerja
4.  Penyebab kecelakaan kerja
5.  Penyakit akibat kerja dan akibat hubungan kerja
6.  Pencegahan kecelakaan kerja

Memberi kesempatan untuk bertanya

Menjawab pertanyaan

Mendengarkan dan memperhatikan











Mengajukan pertanyaan bila kurang mengerti

Mendengarkan dan memperhatikan
3
10 menit
Penutup:
1.     Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan
2.     Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3.     Mengucapkan salam penutup.

Memperhatikan dan menjawab pertanyaan
Mendengarkan dan memperhatikan

VIII.       Tempat Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan di Aula Kampus Akademi Analis Kesehatan Provinsi Jambi.

IX.             Rencana Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan segera setelah penyuluhan secara langsung berdasarkan tanya jawab yang berkaitan dengan materi penyuluhan.


  


ISI MATERI
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
a.      Pendahuluan                
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2020 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

b.      Pengertian
Keselamatan kerja adalah sarana utama pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang keamanan tenaga kerja. Kecelakaan kerja selain berakibat langsung bagi tenaga kerja, juga menimbulkan kerugian secara tidak langsung yaitu kerusakan pada lingkungan kerja.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun social, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh factor-factor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktif kerja yang optimal. Upaya kesehatan kerja dirumah sakit menyangkut tenaga kerja, metode/cara kerja, alat kerja, proses kerja, dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan pencegahan, pengobatan, dan pemulihan. Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah identifikasi permasalahan, evaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian.
Pekerja rumah sakit adalah tenaga medis seperti dokter, perawat, dan bidan. Sedangkan non medis misalnya insinyur, tehnisi, apoteker, ahli gizi, fisioterapi, piñata anestesi, piñata rontgen, analis kesehatan, dan tenaga administrasi. Unit kerja sterilisasi adalah unit kerja yang mempunyai tugas pokok melakukan sterilisasi alat-alat medis dirumah sakit
c.       Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
1.    Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30–40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
2.    Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilir dan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
3.    Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dan dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).

d.      Identifikasi Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Petugas Kesehatan
1.    Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
·      Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
·      Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.
Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :
·      Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
Ø Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain
Ø Lingkungan kerja
Ø Proses kerja
Ø Sifat pekerjaan
Ø Cara kerja
·      Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat terjadi antara lain karena:
Ø Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
Ø Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
Ø Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
Ø Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi pada petugas kesehatan :
·      Terpeleset, biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi dan bisa berakibat ringan berupa memar ataupun berat berupa fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahan :
Ø Pakai sepatu anti slip
Ø Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar 
Ø Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya.
Ø Pemeliharaan lantai dan tangga

·      Mengangkat beban, merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi. Akibatnya dapat cedera pada punggung.
Pencegahan :
Ø Beban jangan terlalu berat
Ø Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
Ø Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok
Ø Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat
·      Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya
Hal ini merupakan pekerjaan sehari-hari pada petugas kesehatan. Akibatnya bisa tertusuk jarum suntik, tertular virus HIV/AIDS, ataupun hepatitis.
Pencegahan :
Ø Gunakan alat suntik sekali pakai
Ø Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya destruction clip).
Ø Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup

·         Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran bisa terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas. Akibatnya dapat menimbulkan kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan kematian dan bisa menimbulkan keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahan :
Ø Konstruksi bangunan yang tahan api
Ø Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar
Ø Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
Ø Sistem tanda kebakaran manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera

e.       Penyakit Akibat Kerja dan Akibat Hubungan Kerja
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor manusia juga (WHO).
Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah “penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.
Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)
1.    Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembangbiaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi. Pencegahan :
·      Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.
·      Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
·      Melakukan pekerjaan dengan praktek yang benar
·      Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
·      Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar
·      Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
·      Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
·      Kebersihan diri dari petugas.
2.    Faktor Kimia
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar. Pencegahan :
·         “Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
·         Menggunakan karet isap(rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
·         Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar.
·         Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
·         Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar
3.    Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai “To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job”. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja(low back pain)
4.    Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi
·      Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian
·      Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
·      Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
·      Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
·      Terkena radiasi. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan :
·      Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
·      Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
·      Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
·      Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
·      Pelindung mata untuk sinar laser
·      Filter untuk mikroskop

REFERENSI
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta